SEMEDI

Written By BAGUS herwindro on Nov 16, 2017 | November 16, 2017

1. APA SIH SEMEDI ITU ?

SEMEDI itu merupakan singkatan dari Seni Memberdaya Diri, yaitu sebuah metode penyembuhan secara holistik dalam arti penyembuhan secara simultan di lapisan mind, body dan soul dengan menyelaraskannya pada spiritnya masing-masing.

Metodenya adalah dengan masuk ke dalam diri masing-masing, melebur dalam kekuasaan Ilahi dalam nuraninya sendiri, hingga siap dan mengijinkan dirinya sendiri untuk :
  1. Menikmati dan menerima anugerah Tuhan yang tak terbatas dalam keseluruhan hidupnya saat ini, di sini dan seperti ini dengan penuh syukur dan cinta.
  2. Melihat apa pun atau siapa pun termasuk melihat diri sendiri tanpa terlibat dan melibatkan emosi yang negatif yang bersumber dari memori masa lalu atau pun yang terpicu oleh kekhawatiran akan masa depan.
  3. Menjalani seluruh ceritaNya dalam hidupnya tanpa menghakimi atau menilai apa pun atau siapa pun termasuk tidak menghakimi atau menilai diri sendiri dengan sesuatu yang negatif.

Dalam SEMEDI kita akan mempelajari dan melatih berbagai teknik yang mudah, sederhana, efektif dan aplikatif tersebut untuk mengupayakan memulihkan kesehatan holistik tersebut.

2. SEMEDI ITU MELATIH KITA UNTUK BISA SELF-HEALING ATAU SEBAGAI HEALER ?

Bagaimana bisa menjadi seorang healer bila tidak mampu untuk melakukan self-healing ? Maka dalam SEMEDI kita akan mempelajari berbagai teknik self-healing sehingga semoga secara holistik kita menjadi sehat agar siap mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan itu untuk membantu memfasilitasi orang lain memberdayakan dirinya sendiri.

3. DALAM SUDUT PANDANG SEMEDI, BAGAIMANA SESEORANG ITU MENGALAMI SAKIT ?


Sakit dalam sudut pandang SEMEDI, tidak hanya berarti sakit secara fisik saja, melainkan bisa sakit di berbagai aspek kehidupannya. Jadi sakit di sini bisa terjadi di level fisik, level energi, level pikiran, level emosi dan level kejiwaan yang akan berimbas pada semua aspek kehidupan, misalnya finansialnya juga sakit, keharmonisan keluarganya sakit, interaksi sosialnya sakit, bisnisnya sakit, pendidikannya sakit, pengembangan dirinya sakit dan seterusnya.

Dari semua itu sebenarnya ada 2 (dua) akar masalah yang melatarbelakanginya, yaitu berprasangka buruk pada Tuhan dan menilai atau menghakimi pada manusia.

4. BAGAIMANA BISA 2 (DUA) HAL ITU SEBAGAI AKAR MASALAH ?

Di awal tahun 1940, Flanders Dunbar pertama kali menyebut sebuah istilah yaitu psychosomatic, yaitu suatu kondisi di mana pikiran (psyche) mempengaruhi tubuh (somato). Jadi penyakis psikosomatis adalah sakit fisik aktual yang disebabkan oleh faktor psikologis (psikogenik) atau kondisi penyakit yang menjadi semakin parah karena faktor psikologis dan menurut The American College of Family Physicians 90% penyakit disebabkan oleh faktor psikogenik.

Saat sesorang berada di suatu situasi yang sulit dan dia tidak melihat kemungkinan untuk keluar yang terjadi adalah munculnya berbagai emosi negatif, apa yang dilihat tidak lagi netral sebab melibatkan memori dan juga emosi yang negatif, karena kebanyakan orang  selalu merasa menjadi korban atas sebuah situasi atau korban dari seseorang atau segolongan orang yang lain. Jarang yang berani mengambil tanggung jawab pribadi. Dengan munculnya emosi negatif tersebut, tanpa disadari, pikiran bawah sadarnya sering mengambil keputusan agar secara fisik seseorang itu sakit dengan tujuan untuk melindunginya agar terbebas dari situasi yang sedang dihadapi tersebut.

“Aku jengkel gara-gara dia !” bandingkan dengan kalimat, “Aku mengijinkan diriku jengkel karena dia.” Mana yang lebih memberdayakan ? Kalimat pertama menunjukkan bahwa penuturnya memposisikan diri sebagai korban dari orang lain, namun pada kalimat kedua menunjukkan bahwa penuturnya segera mengambil kendali atas dirinya sendiri, dia menerima dan mengakui kalau dia jengkel tetapi dengan kesadaran mengijinkan hal itu terjadi. Maka saat dia pegang kendali atas dirinya sendiri, mengakhiri kejengkelan tersebut bukan hal yang sulit baginya, cukup mengelolanya dengan mengatakan, “Aku mengijinkan diriku melepas semua kejengkelanku.”

Itulah akar masalahnya, saat merasa menjadi korban dari siapa atau apa pun, saat itu pula seseorang menilai dan menghakimi yang di luar dirinya dengan atensi ketidakbaikkan, padahal boleh jadi semuanya itu berawal dari dirinya sendiri. Hal tersebut bermula juga dari sebuah prasangka pada Tuhan, karena munculnya emosi negatif yang tak terkendali menandakan bahwa seseorang tersebut lalai pada Tuhan, bahwa apa pun yang sedang terjadi hakikatnya adalah ceritaNya yang memang harus dikelola dan disikapi dengan positif.

Sering pula hal-hal yang belum terjadi diprasangkai secara negatif, menghakimi, memberikan label atau penilaian di sebuah situasi di masa depan. Misalnya saja : kalau kehujanan akan sakit, kalau makan durian akan hipertensi, usaha itu sulit, dia selalu begitu dan banyak hal lain yang selalu dilabeli dan dinilai.

Melihat apa pun selalu melibatkan memori dan emosi yang negatif. Menjalani apa pun juga dengan menghakimi, melabeli atau menilai. Masa lalu jadi belenggu dan masa depan jadi kecemasan yang kesemuanya itu hanya akan memberati perjalanan hidup seseorang, padahal bukankah hidup selalu saat ini. Apa pun kenangan yang pernah terjadi di masa lalu, saat kita ingat dan muncul suatu emosi, bukankah emosinya terjadi saat ini. Begitu pun saat kita cemas akan masa depan, emosi yang muncul bukankah juga di saat ini. Intensitas emosi negatif yang berlebihanlah yang akan menimbulkan banyak masalah dan yang terdekat adalah sakit secara fisik.

Termasuk bagian dari masa lalu itu adalah memori dari emosi yang dirasakan orang tua kita sejak awal terjadinya pembuahan di dalam kandungan ibu kita. Memori pikiran dan memori emosi yang sangat banyak di samudera energy pun merupakan salah satu penghambat dalam kehidupan kita, manakala memori tersebut negatif dan sengaja atau tidak sengaja terserap dalam pikiran kita.

Itu semua yang menjadikan “sakit” biasanya akan menjadi sebuah pola yang akan terus berulang selama akar masalahnya belum diselesaikan. Maka apa pun yang terjadi, benar sudah adanya, ibarat memakai pakaian yang dari hasil rajutan pikiran kita sendiri, dengan jarum perasaan dan dengan model atau pola kejiwaan kita sendiri.

Solusi dari semua itu adalah KESADARAN.

5. BAGAIMANA SEMEDI MEMANDANG KESADARAN ?
Dari sudut pandang SEMEDI, kesadaran bukanlah masalah tidur, jaga atau pun mimpi. Kesadaran juga bukan masalah gelombang otak beta, alfa, theta atau pun delta. Namun, kesadaran adalah bagaimana diri kita menyadari dengan sadar seluruh perasaan, pikiran, ucapan dan tindakan kita, dalam keterhubungan kita dengan seluruh semesta dan tentu saja yang pertama dan utama adalah dalam keterhubungan diri kita dengan Tuhan, sehingga tidak akan pernah ada penyesalan atas apa pun yang kita pilih atau putuskan dalam hidup.

6. BAGAIMANA SEMEDI MENGGAPAI KESADARAN ?

Dengan mengijinkan terjadinya dan memasuki kesadaran itu sendiri, bahwa manusia merupakan bagian tak terpisah dari mikrokosmos, makrokosmos dan mahakosmos.

SEMEDI mengajak kita memasuki kesadaran semesta dengan mengalami sendiri bahwa bahwa ada suatu unit terkecil pembentuk kehidupan yaitu di level quantum yang menghubungkan sekaligus menyatukan seluruh semesta, kekuatannya luar biasa dan sangat mungkin untuk ditransformasikan dengan cara yang sangat sederhana.

Tentunya SEMEDI juga akan mengajak kita untuk mengetahui, memahami dan mengalami sendiri lapisan-lapisan kesadaran diri kita sendiri. Kita akan berusaha mengenali tubuh fisik kita, medan energi tubuh, berbagai gugus pikiran, bermacam perasaan, beragam nafsu atau ambisi dan keinginan, serta beraneka jiwa yang ada dan yang utama adalah memasuki dan mengenali nurani kita sendiri untuk melebur pada kehendakNya dengan keberserahan diri padaNya. Melampaui body, mind dan soul agar spirit yang memimpin.

SEMEDI tidak memanipulasi dengan sugesti, namun mentransformasi dengan kesadaran diri dengan bersandar keberserahan diri pada Ilahi. SEMEDI tidak menguatkan ego namun melepaskannya, tidak merapatkan dan menyimpan energi namun merenggangkannya, tidak untuk menjadi hero namun kembali ke zero.

SEMEDI mengkondisikan untuk suwung atau zero, bukan mencari kekosongan tetapi mengosongkan diri agar merasakan kehadiran Ilahi dengan mengheningkan liarnya pikiran, mendiamkan geraknya tubuh,  mentransformasikan negatifnya jiwa dan meredakan menggebunya nafsu.

7. SECARA FUNDAMENTAL APA LAGI SETELAH KESADARAN ?

Saat telah suwung atau zero dengan memasuki nurani yang terdalam dengan melepas segala keterikatan dan kemelekatan dari apa pun juga termasuk sakit, rasa sakit dan semua problematika, termasuk di dalamnya segala macam memori dan emosi negatif apa pun penyebabnya dan sejak kapanpun alasan penyebab itu ada, maka saat itulah seseorang bisa rela menerima hidupnya dengan penuh syukur dan cinta. Hal inilah yang secara fundamental membentuk sebuah kesadaran untuk welas asih atau compassion hingga selalu berada dalam kondisi yang meditatif/eling atau mindfulness di saat ini, di sini dan seperti ini.

99% masalah apa pun selesai bila secara fundamental seseorang memiliki welas asih | compassion dan eling | mindfulness dalam dirinya sehingga bisa melihat tanpa terlibat dan menjalani tanpa menghakimi.

8. BAGAIMANA MENGINTEGRASIKAN BERAGAM TEKNIK TERAPI DALAM SEMEDI ?

Melalui sistematika pengajaran yang lebih condong menggunakan rasa bukan logika, agar seluruh peserta Workshop SEMEDI bisa merasakan langsung pengalamannya tanpa diinterupsi oleh logika berpikirnya yang selalu menuntut teori, karena bukankah teori tidak tesusun begitu saja tanpa sebelumnya ada fenomena yang mendasarinya ?

Rasa itu bukan perasaan namun sesuatu yang hanya bisa dialami oleh masing-masing orang sehingga tidak mudah untuk menjelaskannya kecuali harus dialami sendiri. Lapisan terluar dari rasa itu, yang termudah dirasakan adalah apa yang dialami oleh tubuh fisik. Karena itu dalam mengintegrasikan seluruh teknik SEMEDI, secara bertahap dimulai dari pengenalan terhadap level quantum sebagai unit terkecil pembentuk materi dan inilah yang berfungsi sebagai pondasi dalam melakukan berbagai transformasi berikutnya.

Secara garis besar, Workshop SEMEDI ini akan mempelajari tentang bagaimana melakukan penyembuhan di lapisan body, mind dan soul dengan pandangan atau sentuhan, pemakaian symbol, pengaturan pola nafas, mereset memori somatic, matriks energi, mereset hambatan mental, mereset hambatan emosional, mengatasi trauma, phobia, kemarahan Dan sebagainya.

Pada tahap berikutnya akan dipelajari bagaimana mengaktivasi nurani untuk peningkatan kesadaran sehingga bisa secara mandiri mentransformasikan jiwa yang negatif menjadi positif, berkomunikasi dengan semesta, menciptakan berbagai kebetulan, menarik keberuntungan, melampaui batasan diri, mewujudkan impian, pencapaian target, mengharmoniskan suatu hubungan, mewujudkan sebuah realita dari ketakterhinggan kemungkinan dan memperoleh solusi dari kedalaman nurani dalam aplikasinya pada segala hal.

Semuanya terangkum dalam teknik-teknik inti yang sederhana, mudah, efektif dan aplikatif yang selama ini hanya dimiliki hanya oleh segelintir orang saja.

9. SEMEDI – SENI MEMBERDAYA DIRI, APA YANG DIMAKSUD SENI ITU DALAM SEMEDI ?

Saat seluruh teknik dasar telah dikuasai dan menyatu dalam diri, serta nurani telah teraktivasi sehingga solusi muncul dari dalam hati, maka saat itulah semuanya menjadi sebuah SENI, karena tak ada aturan yang baku, semua hal yang bahkan yang tak terpikirkan pun bisa menjadi solusi sesuai kata hati masing-masing sesuai kondisi yang sedang di hadapi.

10. SIAPA YANG SEBAIKNYA MENGIKUTI WORKSHOP SEMEDI DAN APAKAH ADA BATASAN USIA ?
  1. Setiap orang bahkan yang awam sekali pun tanpa batasan usia, asal mampu berkomunikasi dengan baik semestinya mengikuti workshop ini, minimal mereka mampu untuk memberdayakan dirinya sendiri dan keluarganya masing-masing.
  2. Akan lebih baik jika para konselor, terapis dan tenaga medis dan paramedis tergerak kesadarannya untuk memperkaya keilmuan serta kemampuannya dan melengkapi dirinya dengan SEMEDI ini agar lebih dapat membantu banyak orang lagi untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
  3. Jika masing-masing pribadi memiliki kualitas hidup yang baik, maka tentunya di lingkup yang luas pun jika bersinergi akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, sehingga SEMEDI ini juga sangat sesuai untuk para leader di semua level, para pengusaha dan juga para karyawan, serta utamanya yang bersinergi dalam sebuah tim.
  4. Tidak kalah pentingnya adalah pasangan suami dan isteri atau orang tua dan anak agar lebih bisa menyinkronkan diri dalam kepengasuhan keluarga.
  5. Para pelajar pun penting untuk menguasai SEMEDI agar lebih awal menguasai manajemen emosi yang tentunya sangat menunjang dalam pengembangan dirinya di masa depan.
  6. Mereka yang sedang “bermasalah” agar siapa tahu dapat jawabannya di SEMEDI.

11. SETELAH MENGIKUTI WORKSHOP SEMEDI APAKAH PERLU WORKSHOP YANG LEBIH KHUSUS LAGI ?

Secara khusus memang tidak sebegitu diperlukan lagi, karena apa yang disampaikan dalam 2 (dua) hari itu sudah lebih cukup untuk beragam hal dan dengan kreativitasnya masing-masing setiap praktisi SEMEDI bisa membuat cara healingnya sendiri. Semakin diaplikasikan dalam banyak kasus tentunya akan semakin terasah kemampuannya. Yang jelas setelah workshop, semua peserta tetap bebas untuk memperdalam lagi pemahamannya baik secara langsung maupun melalui grup alumni.

Sangat dianjurkan untuk reseat pada workshop berikutnya sehingga lebih memahami lagi dan bisa saling mengisi dan bertukar pengalaman dari masing-masing praktisi.

12. PRINSIP APA YANG HARUS DIPEGANG OLEH PRAKTISI SEMEDI ?

SEMEDI merupakan salah satu upaya dalam rangka memenuhi kewajiban sekaligus hak dari Tuhan untuk terus bergerak menyempurnakan ikhtiar, namun jangan pernah memastikan hasilnya karena hasil merupakan wilayah Tuhan. Sempurnakan upaya, pasrahkan hasil, terserahNya.

Sakit, wajib berobat mengupayakan kesembuhan, namun tak wajib sembuh. Karena hasil adalah wilayah Tuhan, sedang kita manusia sebatas diberi wilayah upaya.

Karena itu mempelajari SEMEDI sebenarnya tidak untuk menjadi lebih, namun untuk belajar berbahagia menikmati jamuanNya.

From hero to zero.

be a HOLISTIChealer | 9-10 Desember 2017 | 08.00-16.00
Registrasi : Maria Agnes Roosmi Pratiwi, S.Psi, Psikolog | 0812.3000.8824
Format : DAFTAR#NAMA_LENGKAP#NO_HP#KOTA

--------------------
IG | @bagusherwindro
Facebook | https://web.facebook.com/masden.bagus
Fanspage | https://web.facebook.com/BAGUSherwindro
Telegram | @BAGUSherwindro
TelegramChannel | @denBAGUSotre
Path | https://path.com/id/bagusherwindro
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger