AKIK

Written By BAGUS herwindro on Jan 11, 2016 | January 11, 2016

Seputaran tahun ’90 sewaktu masih SMA, waktu itu motor masih satu sehingga kalau berangkat sekolah berangkat sama adik. Dari Mulyosari ke Ngaglik dulu ngantar adik ke SMA 7 baru ke Kusuma Bangsa, begitupun saat pulang ke Ngaglik dulu.


Jalan Ngaglik Surabaya itu salah satu ruas jalan di perempatan. Sebelah Barat adalah jalan Kalianyar, sebelah Timur adalah jalan Ngaglik, sebelah Utara adalah jalan Gembong yang terkenal sebagai salah satu pasar loak di Surabaya dan sebelah Selatan adalah jalan Kusuma Bangsa yang dulu terkenal karena ada THR (Taman Hiburan Rakyat) sekarang menjadi Hi-Tech Mall.

Di sepanjang trotoar jalan Ngaglik yang sebelah Utara, mulai traffic light hingga sampai SMA 7, dulu kalau siang selalu berjajar pedagang akik sehingga sambil menunggu adik saya keluar, saya biasanya jalan-jalan melihat-lihat beragam batuan akik yang digelar di atas lapak masing-masing pedagang. Saat itulah saya mulai menyukai akik karena keindahan ragam corak dan warnanya. Waktu itu gak pernah beli sih, belum punya uang sendiri soalnya, sehingga hanya berjongkok dari satu lapak ke lapak yang lainnya sambil melihat dan niténi atau mengamati cara pedagang menjual akik dagangannya maupun beragam prilaku orang-orang yang hendak membeli.

Dari itu saya dapat satu kesimpulan.

Selepas SMA tahun ’92 lalu, saat mulai kuliah sambil kerja, kegemaran tentang akik pun masih berlanjut meskipun tetap saja awam dan dengan daya beli di kelas kaki lima, namun selalu berusaha menambah ilmu dan wawasan seputar akik, yaitu tentang jenis batuannya, tingkat kekerasannya, corak dan guratannya hingga vibrasi energi alamnya dari setiap jenis batuan dan kecocokannya dengan vibrasi pemakainya.

Dan saya pun mulai mencoba membeli akik untuk saya pakai. Kesimpulan yang saya dapat dari hasil pengamatan sebelumnya itulah yang saya pakai sebagai trik untuk menghadapi trik pedagang akik yang nyaris sama antara pedagang satu dengan pedagang lainnya.

Trik pertama.

Biasanya saat di suatu lapak mulai berdatanganbeberapa orang yang mengamati ragam batuan yang ditawarakan, maka pedagangnya akan mengambil salah satu akiknya, mengangkat seolah mengamati dan sekaligus melontarkan pujian atas aki tersebut. Misalanya : “Apik phyrus iki !” sambil mimik mukanya mengaguminya. Jika sudah demikian, biasanya orang-orang yang berkerumun pun mengalihkan perhatiannya pada akik yang dipegang dan dipujinya, sehingga tanpa sadar pikiran mereka akan memberikan atensi untuk mencari di mana letak bagus dan indahnya akik tersebut dan ujungnya pikiran mereka biasanya juga akan menyetujui bahwa akik tersebut memang bagus dan indah, serta pantas ditebus dengan harga yang disebutkan oleh penjualnya.

Kalau saya, saat pedagangnya sudah mulai seperti itu, ya no reken alias saya acuhkan saja dan tetap pada akik yang menjadi perhatian saya yang biasanya memang jauh lebih bagus dan indah bila dibandingkan dengan akik yang dia puji-puji itu. Menawarnya pun dengan cara seakan saya gak pengen banget terhadap akik pilihan saya. Gak diberi ya sudah, saya tinggal. Biasanya malah saya dipanggil lagi dan dia menyetujui melepas dengan harga yang saya tawar. YES !!!

Trik kedua.

Para pedagang itu meyakini konsep pelaris dalam arti bahwa kelarisan dagangannya diawali oleh pembeli pertama yang bertransaksi di lapaknya, sehingga pembeli pertama yang datang diusahakan melalakukan transaksi. Maka kalau saya mau beli akik pasti mencari pedagang yang baru buka lapak, sehingga dengan gaya menawar yang gak butuh dan dengan harga tawar yang rendah, biasanya si pedagang akan merelakannya. Misalnya dia menawarkan harga 75 ribu, maka saya cukup menawar dengan harga 15ribu dan itu pada akhgirnya disetujuinya. YESSS lagi !!!

Entah sekarang hal itu masih berlaku atau tidak, sebab sudah lama gak pernah lihat-lihat lapak batu akik, meskipun beberapa saat lalu sedang ngetrend.

Tapi,,, terima kasih ya… Panjengan sudah ngirimi saya akik dengan lingkar cincin 18.

he… he… he… matur nuwun dulu, kalau bingung mau dikirimke alamat mana, bisa japri saya. Matur nuwun lho….

Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger