Home » , , » Menghitung LANGKAH

Menghitung LANGKAH

Written By BAGUS herwindro on Oct 15, 2014 | October 15, 2014

Menjalani keseharian dengan bergulat dengan berbagai macam tantangan, hambatan dan ujian, ibarat sedang terlibat dalam sebuah permainan catur. Setiap langkah harus diperhitungkan dengan kesungguhan yang ada agar tetap dapat bertahan melampaui setiap serangan yang menjegal setiap langkah. Begitulah kehidupan, kalah sekalipun kena skak, papan catur tetap bisa digelar lagi dan bidak-bidaknya tetap bisa ditata lagi. Tak ada kata berakhir untuk sebuah permainan. Main lagi, main lagi dan main lagi.

Tapi kali ini saya tidak sedang menghitung langkah dalam sebuah permainan catur, namun benar-benar menghitung langkah kaki saya.

Karena ada rutinitas harian yang mengharuskan saya melakukan transfer di salah satu bank di setiap pagi, maka sudah beberapa minggu ini saya menjalaninya, pergi dan pulang dengan berjalan kaki. Ada kurang lebih 1.625 (seribu enam ratus dua puluh lima) langkah pergi pulang, nek gak percoyo itungen dewe. Itu pun cara berjalan saya masih lurus, coba kalau zig-zag atau bahkan melingkar-lingkar pasti lebih banyak lagi.

Untuk apa berjalan kaki ? Ya untuk berjalan kaki itu sendiri, bukan untuk alasan-alasan lain. Kalau saya bilang biar sehat, itu cuman sekedar alasan saja, bukan yang sesungguhnya.

Alhamdulillah, sangat menggembirakan, hati menjadi riang. Saya bisa berbagi senyum dengan orang-orang yang saya temui. Ya mereka yang setiap hari melihat saya walau tak pernah kenal secara langsung akhirnya hafal dan kemudian saling menyapa meski cuma sekedar menganggukkan kepala atau dengan isyarat lambaian tangan dari jarak jauh. Lebih bisa melihat denyut kegiatan orang-orang di sepanjang jalan yang saya lalui, Alhamdulillah ikut senang melihat mereka masih sehat sehingga bisa bekerja untuk menafkahi keluarga berapa pun hasil yang diperoleh, karena pada saat yang sama masih banyak di luar sana orang-orang yang bahkan belum punya bayangan akankah bisa sarapan di pagi ini ?

Alhamdulillah pula lebih bisa merasakan, menghayati dan memberi intensitas perhatian pada gerak dari seluruh tubuh saat berjalan, keluar masuknya napas, detak jantung yang lebih giat bekerja, bulir-bulir keringat yang keluar dari pori-pori, usapan lembut angin yang membelai tubuh, juga gigitan kecil matahari pagi yang merangsang dan mengalirkan kehangatan.

Ternyata kaki itu luar biasa hebatnya, dia punya fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi berbagai kondisi kontur jalan, sehingga tubuh bisa tetap tegak berdiri tanpa tumbang mencium bumi.

Gorong-gorong tepi jalan terlihat penuh oleh sampah padahal sebentar lagi kemungkinan akan menginjak musim penghujan, memprihatinkan mereka yang membuang sampah seenaknya mungkin tidak pernah mempertimbangkan haknya air untuk melewati saluran yang dipersiapkan untuknya. Namun hal ini tentunya juga menjadi cermin bagi kesadaran diri sendiri sudahkah bersikap adil dengan meletakkan segala seuatu sebagaimana mestinya.

Lalu lalang kendaraan masih menunjukkan keangkuhannya, semua ingin cepat, semua ingin lebih dahulu tanpa bertenggang rasa, termasuk  dengan tak memberi ruang bagi penyeberang jalan yang kurang berdaya.

Ibu tua dengan tabung LPG 3 kg di boncengan belakang dari sepeda yang ia tuntun lama berdiri di tepi jalan karena tak ada yang memberikan kesempatan ia lewat dan kelihatannya ibu itu pun tidak berani untuk memutuskan segera menyeberang. Alhamdulillah, ketemu Gusti Allah yang mau menyeberang.

Hal-hal semacam itu sering sekali bisa dijumpai di jalanan. Ibu-ibu yang membawa 2 karung beras di motornya dan karung beras itu jatuh namun dia tidak kuat mengangkatnya sendirian, atau seserorang yang pedal sepeda onthelnya lepas dan tidak mempunyai cukup uang untuk mereparasinya, atau anak sekolahan yang rantai sepedanya terlepas dari gir tanpa bisa membetulkannya atau seorang lelaki tua yang berjalan kaki dengan membawa lemper di nampan yang disangganya untuk ditawarkan di setiap orang yang ditemuinya, seseorang yang menanyakan suatu alamat dan masih banyak lagi. Kecil memang, bahkan mungkin tidak berarti, namun alhamdulillah sangat berarti buat saya.

Gusti Allah selalu menyapa manusia dengan idiom-idiom yang dimengerti oleh manusia itu sendiri, hanya sayang kebanyakan manusia tak menyadarinya, termasuk saya. Itulah bahasa cinta-NYA kepada kita, kesempatan yang DIA berikan kepada kita manusia untuk bercinta dengan-NYA melalui dia yang sedang sakit, melalui dia yang sedang lapar, melalui dia yang sedang kesusahan dan seterusnya.

Semoga Panjenengan dan saya selalu disapa oleh-NYA dan dimampukan menyadari serta membalasa sapaan-NYA.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger