Home » » Ngrejekeni

Ngrejekeni

Written By BAGUS herwindro on Dec 29, 2012 | December 29, 2012

Rejeki itu jatah, bukan karena usaha kita terus rejeki kita banyak dan sebaliknya juga bukan karena kurang usaha rejeki kita sedikit, sebab bila demikian berarti Gusti Allah itu belum tahu seberapa besar jatah rejeki kita dan itu berarti pula tergantung pada kita, Gusti Allah tidak menjadi penyebab tetapi sebagai akibat.

Maka rejeki itu jatah bukanlah menjadi konsumsi pikiran melainkan harus menjadi keyakinan hati, agar bisa berserah dan tidak lelah dalam menjemputnya.

Namun karena pikiran kita tidak mengetahu seberapa besar jatah rejeki kita masing-masing, maka kita diwajibkan ikhtiar dengan sebaik-baiknya ikhtiar untuk menjemput jatah rejeki kita dengan beriring hati yang pasrah kepada Gusti Allah.

Seberapa besar jatah rejeki kita itu adalah urusannya Gusti Allah, sedangkan urusan kita sebagai manusia adalah berikhtiar dengan sebaik-baiknya ikhtiar, jadi ya seharusnya mengurusi yang jadi urusannya manusia saja dan tidak usah ikut-ikut mengurusi urusannya Gusti Allah. Semestinya begitu, namun biasanya kalau saya sendiri masih sering terbalik-balik, hati saya inginnya rejeki banyak namun pikiran dan fisik saya inginnya diam saja he… he… he… koplak. Sekali lagi itu saya, kalau Panjenengan saya yakin TIDAK.

Menjalani kehidupan itu tidak sendiri dan tidak bisa sendirian, selalu ada interaksi dengan manusia lain, maka manusia harus bekerja dalam arti mempunyai sarana penghidupan untuk menjemput jatah rejekinya dan manusia harus pula bermasyarakat. Hewan juga tidak hidup sendiri tetapi dia tidak berkewajiban bermasyarakat, kalau toh ada interaksi di antaranya itu adalah semata-mata faktor instink yang telah ada dalam otaknya. Manusia tidak demikian, bagi manusia  bermasyarakat berarti melakukan suatu interaksi dengan tata nilai tertentu, ada kewajiban-kewajiban yang melekat padanya dan tentunya ada pula hak di dalamnya. Bermasyarakat tidak hanya dalam lingkup yang luas melainkan tentunya selalu bermula dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga, sebab tak mungkin manusia macam kita ini tiba-tiba muncul begitu saja tanpa melalaui proses kelahiran.

Tampaknya kedua hal tersebut di atas yaitu bekerja dan bermasyarakat memang tak terpisahkan sebagaimana dua sisi koin mata uang. Mengapa demikian ? Jawabannya adalah karena, he… he… he…

Ngrejekeni

Ngrejekeni merupakan sebuah istilah Jawa, berasal dari kata rejeki, sehingga kata ngrejekeni itu sendiri mungkin bisa diartikan sebagai pembawa rejeki atau ada yang menyebutnya sebagai hoki.

Ada orang yang hokinya membaca, ada yang olah raga, ada yang mendaki gunung dan lain-lain. Oops… maaf itu hobi ya … ? Tapi bukankah hobi itu penunggang kuda ya ? Oh iya itu kan joki…. Jangan diteruskan yang kerjaannya memasak itu lho ya, itu koki namanya. Sudah ah.. kembali ke laptop…

Karena hasil ikhtiar menjemput rejeki itu tidak mungkin dipakai sendiri melainkan tentu saja berputar saat seseorang itu bermasyarakat yaitu dalam interaksi sosial ekonominya, maka ada istilah yang namanya ngrejekeni.

Kalau boleh saya artikan, kira-kira ngrejekeni itu faktor yang berada di luar diri seseorang yang secara akal menyebabkan rejekinya seakan-akan lebih banyak dari yang seharusnya. Mengapa bisa demikian ? Jawabannya lagi-lagi adalah karena, he… he.. he…

Begini Saudara, saya ambil contoh dalam lingkup masyarakat terkecil yaitu keluarga. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menafkahi anak-anaknya, tentunya masing-masing anak sudah membawa jatah rejekinya masing-masing dan karena anak-anak masih belum bisa mengikhtiari rejekinya masing-masing maka rejekinya itu pasti melalaui orang tuanya. Orang tua menjadi saluran penyampai rejeki bagi anak-anaknya. Berarti sang anak bisa jadi ngrejekeni bagi orang tuanya. Maka semangatlah para orang tua yang kebetulan merasa berat dalam menafkahi keluarga, katakan pada diri sendiri : Rejekiku mungkin sedang-sedang saja, tetapi jatah rejekinya Gusti Allah untuk anak-anakkulah yang banyak. Begitu, biar tetap optimis dan semangat menyongsong masa depan.

Ada lho seseorang yang dalam karirnya cukup bagus, jenjang karir dilaluinya dengan baik dan tentu saja rejekinya secara kasat mata juga meningkat, ternyata di balik itu seseorang ini selalu saja mempunyai tanggungan keluarga yang sakit yang harus diikhtiari kesembuhannya. Mulai dari orang tuanya yang sakit sampai dengan meninggalnya, kemudian mertuanya juga demikian dan ternyata anaknya juga dianugerahi sakit yang perlu waktu yang panjang untuk kesembuhannya. Namun kemudian jangan mengartikan bahwa rejekinya tidak barokah, saya kira tidak demikian sepanjang dalam ikhtiar menjemput rejeki telah dilakukan dengan cara yang baik, menurut saya kira-kira bahwa memang dia sedang ditugasi Gusti Allah untuk menjadi saluran rejeki bagi keluarganya dalam mengikhtiari kesembuhan mereka.

Contoh lain, para bos, para juragan, para pimpinan, jangan juga sombong dengan pencapaian yang diraih selama ini, bisa jadi hal itu karena faktor ngrejekeni yang ada pada diri karyawan, anak buah dan pegawai Sampeyan yang mungkin sering Sampeyan rendahkan dan tidak pernah Sampeyan anggap jasanya dalam hidup Sampeyan.

Jadi intinya saya kira bahwa dalam jatah rejeki yang telah ditetapkan oleh Gusti Allah pasti terkandung bagian rejeki orang lain yang harus kita sampaikan, entah itu untuk suami, isteri, anak, saudara, anak buah, tetangga, teman atau bahkan orang lain yang tidak pernah kita kenal sekali pun, pengemis, musafir dan sebagainya. Maka kalau ada kelebihan yang mungkin dianugerahkan Gusti Allah kepada masing-masing orang, saya kira karena selalu ada orang lain yang ngrejekeni baginya.

Maka yang belum lapang janganlah berkecil hati ~ merasalah lapang, sebaliknya yang sudah luuaaapanggg jangan lupa selalu berbagi. Itu.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger