#4 Jagad Cilik, Jagad Gêdhé

Written By BAGUS herwindro on Jul 1, 2012 | July 01, 2012

Bumi dan langitKU tidak bisa menampungKU, namun hati hambaKU yang beriman bisa menampungKU, begitu firman Allah dalam hadits qudsiy yang saya tahu.

Itulah kehebatan manusia, sebaik-baik ciptaannya Gusti Allah. Secara fisik, manusia sangatlah kecil ukurannya bila dibandingkan keseluruhan alam semesta, namun secara metafisik, alam semesta adalah bagian kecil dari diri manusia, di mana Gusti Allah tak akan tertampung di alam semesta ciptaannya, namun justru bisa tertampung di hati manusia. Alam semesta (bumi dan langit) merupakan bagian dari manusia yang menjadi kholifahnya Gusti Allah.

Dari ilmu titén yang merasakan hubungan antara Tuhan, manusia dan alam semesta itulah orang Jawa mengungkapkannya dalam bahasa yang sederhana namun penuh kedalaman makna dengan istilah : Jagad Cilik [dunia/semesta kecil] dan Jagad Gêdhé [dunia/semesta besar] atau dalam bahasa lain disebut sebagai mikrokosmos [keberaturan kecil] dan makrokosmos [keberaturan besar].

Secara umum manusia diistilahkan sebagai jagad cilik, namun menurut saya manusia juga bisa diistilahkan sebagai jagad gêdhé tergantung dari posisi mana manusia itu sedang berada. Pada posisi di alam lahir yaitu alam yang tampak atau kasat mata, manusia merupakan jagad cilik dan alam semesta merupakan jagad gêdhé. Namun pada alam batin adalah sebaliknya, manusia adalah jagad gêdhé dan alam semesta adalah jagad cilik, tentu saja ini berlaku untuk manusia yang sudah dalam tahap jumbuhing kawulo lan Gusti atau wushul atau bersatunya penyaksian terhadap Gusti Allah, sehingga dunia atau semesta menjadi kecil baginya sebab yang sejatinya besar hanyalah Gusti Allah, ke mana pun dia menghadap yang tampak hanyalah “wajah”nya Gusti Allah [QS 2:115].

Dalam salah satu pupuh gambuh digambarkan : jembaring samudragung, tanpa tepi anglangut kadalu, suprandene makasih gung manungsa iki, alas jurang kali gunung, neng raganira wus katon [luasnya samudra raya, tiada bertepi sejauh mata memandang, tetapi masih besar manusia ini, hutan jurang sungai gunung, di dalam diri manusia sudah kelihatan ~Serat Cipto Waskitho~].

Pakubuwono IV menegaskan dalam salah satu baris tembangnya : tana prabedanipun, jagad katon lan jagadireku [tak ada bedanya, dunia yang terlihat mata dan dunia yang berada dalam dirimu].

Nah berhubung saya sendiri juga belum memahami apa sih sejatinya wushul itu, maka dalam tulisan ini yang dimaksud dengan jagad cilik adalah manusia.

Nafas Kehidupan

Para sesepuh dahulu mengajarkan bahwa penghubung antara jagad cilik dan jagad gêdhé adalah nafas sebab nafaslah penanda adanya kehidupan dalam diri manusia. Sebab itu, menyadari nafas adalah hal yang sangat penting. Menyadari nafas berarti menyadari kehidupan dan menyadari kehidupan berarti menyadari yang memberi hidup. Maka bernafas tak sekedar bernafas saja, melainkan harusnya tiada tarikan atau pun hembusan nafas yang terlewat dari iringan dzikir kepadaNYA. Dengan dzikir yang éling / ingat / sadar / taqwa, hati menjadi tenang walau itu bukan tujuan. Dengan hati yang tenang biasanya kemuliaan akhlaq mulai mengejawantah, perasaan pun menjadi nyaman dan pikiranpun menjadi terang.

Seseorang yang hatinya tenang, perasaannya nyaman dan pikiranya terang, bisa ditandai dari nafasnya. Nafasnya biasanya dalam dengan ritme yang teratur lambat. Coba bandingkan misalnya dengan orang yang sedang dikuasai amarah, maka akan terlihat sekali perbedaannya, sebab orang yang sedang dicengkeram amarah biasanya nafasnya pendek dengan ritme yang cepat. Apa yang terjadi di dalam diri manusia atau di jagad ciliknya itu akan dipancarkan ke jagad gêdhé dan direspon dengan memperkuat getarannya untuk kemudian dipancarkan lagi ke segala arah termasuk di kembalikan lagi ke jagad cilik yang menjadi sumber pancarannya.

Kalau jagad cilik terkendali pancaran getarannya, maka jagad gêdhé pun akan demikian adanya sebab jagad gêdhé hanyalah merespon atau meresonansi getaran yang ada di dalam jagad cilik. Jagad gêdhénya manusia itu adalah semua yang ada di luar manusia, jadi bisa manusia lain, bisa juga udara atau air atau yang lainnya, bisa juga rejekinya, kesehatannya dan seterusnya.

Jadi bagi seseorang yang belum terampil mengendalikan dirinya, perasaanya atau pun pikirannya tetapi ingin berbenah diri menjadi lebih baik, bertambah baik dan semakin baik, salah satu metodenya adalah dengan mendisiplinkan diri untuk menyadari nafasnya namun bukan untuk mengingat nafas itu sendiri melainkan dalam rangka merasakan kehadiran Gusti Allah, menyadarinya dan mengingatnya setiap waktu sejumlah bilangan nafasnya.

Persangkaan

Setahu saya dalam sebuah Hadits Qudsiy, Gusti Allah berfirman : ”AKU tergantung prasangka hamba-KU terhadap-KU, dan aku bersamanya jika ia mengingat-KU, jika ia mengingat-KU di dalam hatinya maka aku mengingatnya di dalam hati-KU, dan jika ia mengingat-KU dalam suatu kelompok maka AKU mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari mereka, dan jika ia mendekat sejengkal maka AKU mendekat padanya sehasta, jika ia mendekat sehasta maka AKU mendekat padanya sedepa, dan jika ia mendekat pada-KU dengan berjalan maka AKU mendekat padanya dengan berlari.”

Wow… itu merupakan suatu informasi yang luar biasa membahagiakan sekaligus mengerikan. Membahagiakan, sebab setiap kondisi kebaikan kita akan direspon Gusti Allah dengan lebih baik dan lebih cepat juga, mengerikan, sebab saya kira berlaku untuk hal yang sebaliknya. Apa yang diinformasikan oleh Gusti Allah dalam hadits qudsiy tersebut, menurut pemahaman saya, Di-bekerja-Kan Gusti Allah dalam sebuah mekanisme otomatis yang diistilahkan oleh orang Jawa sebagai jagad cilik dan jagad gêdhé yang beberapa di antaranya sudah saya tuliskan di paragraf sebelumnya.

Kata kuncinya adalah prasangka, ingat, hati dan kelompok. Apa yang diberikan Gusti Allah kepada makhlukNya pasti melebihi dari apa yang telah dipersembahkan oleh makhlukNya.

.:: Ingat Gusti Allah bukan hanya dalam pengertian misalnya ketika kita ditanya, “Namamu siapa ?”, kemudian kita menjawabnya, “Fulan.”. Kita menjawab dengan menyebutkan nama kita karena kita memang ingat tentang nama kita. Itu namanya mengingat [recall memory] karena ada suatu sebab, bukan berkekalan dalam kesadaran setiap saat bahwa nama kita Fulan. Ingat Allah lebih pada konteks ingatnya orang yang sedang jatuh cinta, jadi berkekalan kesadaran akan yang dicintai. Ingat Gusti Allah itu letaknya di hati, sebab hatilah yang sejatinya rumah Allah yang dimampukan menampungNYA, maka saat seorang manusia ingat kepada Gusti Allah, berarti Gusti Allah sedang “menempati” rumahNYA atau dalam bahsa lain, Gusti Allah sedang mengingatnya juga. Inilah mekanisme otomatisnya, bahwa saat jagad cilik berselaras dengan Tuhannya, jagad gêdhé merespon dengan mendukung secara total upayanya, sehingga seakan-akan kehidupannya diliputi banyak kemudahan, bukan karena soalnya yang kemudian dimudahkan tetapi karena kemampuannya dilebihkan melampaui soal yang disediakan untuknya.

.:: Hati dan akhlaq

Hati yang éling / ingat / sadar / taqwa / berselaras dengan Gusti Allah akan melahirkan ekspresi kemuliaan akhlaq. Misalnya akhlaq syukur, bisakah keluar dari hati yang lalai ? Tentu saja tidak. Jadi, semakin éling / ingat / sadar / taqwa hatinya maka akan semakin mulia akhlaqnya, semakin sabar, semakin syukur, semakin ridho, semakin tawadhu dan seterusnya. Saat jagad cilik mulia ekspresinya, maka jagad gêdhé akan merespon dengan “tunduk” padanya dalam batas-batas tertentu.

.:: Pikiran, perasaan dan persangkaan

Apa perbedaan antara pikiran dan perasaan ? Kalau saya disuruh menjawab, saya akan jawab tidak tahu karena memang tipis bedanya antara pikiran dan perasaan. Jawabannya pun saya kira merupakan jawaban yang subyektif, sebab masing-masing orang pasti mempunyai argumentasinya sendiri-sendiri. Inilah pentingnya ilmu titén, bahwa setiap orang harus menggunakan rahsanya untuk niténi dirinya sendiri agar ilmunya tidak sekedar tahu tentang obyek ilmunya tetapi kalau bisa juga merasakan obyek ilmunya atau bahkan seakan-akan menjadi obyek ilmu itu sendiri.

Untuk memahami perbedaannya, menurut saya kira-kira seperti ini : urutkan mulai dari sumbernya.

Hatinya ingat sama Gusti Allah sehingga tenang. Salah satu buahnya adalah munculnya akhlaq syukur. Saat syukurnya keluar, biasanya seseorang akan bahagia. Nah, bahagia itu di perasaan atau di pikiran ? Saya kira di perasaan. Saat perasaan bahagia, bagaimana kondisi pikiran ? Kondisi pikiran saat perasaan bahagia saya kira salah satunya adalah jernih.

Contoh sebaliknya, saat hati lalai dari Gusti Allah, bisakah tenang ? Saya kira tidak bisa. Hati yang kacau tidak akan mungkin berbuah akhlaq yang mulia, yang muncul malah akhlaq tercela, seperti misalnya kufur. Saat kufur, bisakah perasaan bahagia ? Saya kira tidak bisa, bisanya galau. Dalam kondisi perasaan galau, pikiran pun akan kacau.

Jadi, menurut saya, kualitas pikiran itu tergantung dari kualitas perasaan dan tidak untuk sebaliknya. Baiknya perasaan akan membaikkan pikiran, namun tidak untuk sebaliknya. Perasaan adalah persangkaan kita pada Gusti Allah yang akan dibuktikan kepada kita olehNYA. Mekanisme otomatisnya adalah bahwa saat jagad cilik memancarkan getaran perasaan yang baik, maka jagad gêdhé akan merespon dengan melipatgandakan getaran perasaan itu menyebarkannya ke segala penjuru dan mengembalikan lagi kepada jagad cilik, berlaku juga sebaliknya. Baik yang kita rasakan, baik pula yang akan kita terima. Buruk yang kita rasakan, buruk pula yang akan kita terima.

.:: Kelompok itu saling menguatkan antar anggota kelompoknya. Kalau baik, akan saling menguatkan kebaikannya, demikian juga kalau buruk akan semakin mengutkan pula keburukannya. Kalau mengingat Gusti Allah dalam kelompok, maka Gusti Allah pun akan mengingat dalam kelompok yang lebih baik. Baiknya jagad cilik yang satu bertemu dengan baiknya jagad cilik yang lain mempunyai pancaran getaran kebaikan yang lebih kuat dan akan direspon jagad gêdhé akan merespon dengan melipatgandakan getaran kebaikan itu menyebarkannya ke segala penjuru dan mengembalikan lagi kepada masing-masing  jagad cilik. Lha kalau sekarang yang buruk berkelompok seperti misalnya korupsi berjamaah dengan dibuatkan aturan yang legal ??? Apa jadinya ???

Contoh kasus

~ Jagad gêdhé -> rejeki. Seorang pimpinan perusahaan mengatakan kepada seluruh anak buahnya pada akhir tahun, bahwa perusahaan belum bisa membagikan bonus karena mengalami kerugian. Kenyataannya sebenarnya perusahaan untung. [Hatinya lalai, akhlaqnya kufur, merasa kekurangan jika membagi bonus kepada anak buahnya, pikiran pun memutuskan membuat pernyataan kerugian] Getaran perasaan kekurangan dan pikiran merugi memancar ke jagad gêdhé, direspon, diperkuat dan dikembalikan lagi. Akibatnya pada tahun-tahun berikutnya perusahaan benar-benar merugi hinga pada titik yang ekstrem.

~ Jagad gêdhé -> peralatan elektronik. Ada seorang menjadi pelanggan dari sebuah layanan jasa digital printing dating dengan perasaan galau dan pikiran kacau, karena tergesa-gesa oleh suatu keadaan yang sebenarnya salahnya sendiri yang tidak mau prepare.  Bawaanya marah melulu, ingin cepat dan didahulukan. Bukannya malah cepat selesai malah lambat, sebab pancaran getaran perasaan dan pikirannya begitu buruk sehingga mempengaruhi peralatan elektronik yang melayaninya. Tiba-tiba saja koneksi intranetnya terputus, komputernya hang, printernya ngadat dan sebagainya.

~ Jagad gêdhé -> manusia lain. Seseorang yang ringan tangan, mengabdikan dirinya untuk melayani orang laian sebatas kemampuan dan kewenangannya. Ternyata, di manapun dia berada, saat mengalami kesulitan pasti ada saja yang memberikan perotolongan, bahkan dari orang yang tidak dikenal sekalipun.

~ Silahkan Panjenengan amati sendiri berbagai peristiwa di sekitar Panjenengan yang merupakan mekanisme otomatis jagad cilik dan jagad gêdhé.

UJI COBA

Sebagaimana pada catatan sebelumnya : #3 Ahsanu Taqwiim di http://denmasbagus.blogspot.com/2012/06/3-ahsanu-taqwiim.html saya ingin mengajak Panjenengan membuktikan sendiri bahwa perasaan dan pikiran Panjenengan bisa mempengaruhi alam secara nyata, bisa dilihat mata kepala.

.:: Uji Coba Pertama

Lihat ke langit, lihatlah awan yang berarak di sana. Pilih salah satu gumpalan awan. Tenangkan hati dengan menyadari keluar masuknya nafas beberapa saat. Tenangkan pula perasaan, pandang awan tersebut, kemudian niatkan dan bayangkan saja di pikiran bahwa awan tersebut terbelah-terpisah atau bisa juga Panjenengan niatkan dan bayangkan awan tersebut berlubang. Pandangi terus dengan tenang, pasrah dan tidak usah memaksakan harus terjadi.

Insya Allah, awan tersebut akan terbelah atau berlubang sesuai yang Panjenengan niatkan. Semakin tenang, semakin pasrah dan tidak memaksakan harus terjadi, maka akan semakin cepat terjadinya.

.:: Uji Coba Kedua

Ambil HP Panjenengan, pilih salah satu nama dan nomer yang tersimpan di HP tersebut yang mempunyai kedekatan emosional dengan Panjenengan, nama yang Panjengan pilih juga harus punya nomor Panjenengan di HPnya dan yang harus terpenuhi adalah bahwa orang itu masih hidup he… he… he… Tenangkan hati dengan menyadari keluar masuknya nafas beberapa saat. Tenangkan pula perasaan, bayangkan seseorang tersebut di pikiran beberapa saat dan niatkan agar seseorang tersebut menghubungi Panjenengan melalui SMS atau pun telepon. Setelah itu, pasrah, lupakan dan jangan memaksa untuk terjadi, lalu lihatlah apa yang akan terjadi. Beberapa kawan yang saya ajak melakukan uji coba tersebut ada yang kurang dari lima belas menit langsung disms, ada yang empat jam kemudian, ada yang berselang beberapa jam di hari yang sama dan ada juga yang baru keesokan harinya.

He… he… he… sebenarnya masih banyak uji coba lain, tapi tidak usahlah saya sampaikan, nanti Panjenengan malah asyik bermain-main dengan itu malah lupa dengan esensinya dan lagi bisa-bisa Panjenengan nanti malah jadi “dukun”.

-----------

Dari kedua uji coba sederhana itu, saya ingin menunjukkan bahwa sebenarnya meski kita tidak menyadarinya,  selalu ada interaksi dan juga koneksi antara jagad cilik (diri kita : hati, perasaan, pikiran dan tindakan) dan jagad gêdhé (semua yang ada di luar diri kita). Jagad gêdhé hanya meresonansi apa yang terjadi pada jagad cilik. Maka mengapa kita enggan memilih menjaga hati, perasaan, pikiran dan tindakan kita untuk hal yang baik-baik saja ? Hal yang buruk tidak hanya merusak keharmonisan alam semesta, bumi dan langit yang kita tempati, namun yang paling dekat sesungguhnya hati, perasaam, pikiran dan tindakan yang tidak terjaga hanya akan merusak kehidupan kita sendiri.

[QS 10:44] Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.

Dari beberapa hal yang telah saya sampaikan pada catatan ini maupun catatan sebelumnya, menurut saya kira-kira kita semua dapat niténi bahwa saat alam mulai menggeliat dengan berbagai bentuknya berarti akumulasi pancaran getaran hati, perasaan, pikiran dan tindakan manusia yang lalai kepada Gusti Allah sudah sedemikian parah sehingga jagad gêdhé bereaksi untuk menyeimbangkan kembali dirinya agar harmonis. Namun saat suatu kaum di suatu wilayah sudah sedemikian “kacau”nya tetapi alam belum juga menggeliat, dapat dititéni juga bahwa biasanya di wilayah itu masih ada manusia-manusia utama yang menjadi kekasihnya Gusti Allah, hatinya tak berjarak dari Tuhannya, sehingga alam masih setia mengorbit padanya. Saat ketentuan Gusti Allah sudah sampai saatnya, maka biasanya manusia-manusia utama kekasihnya Gusti Allah tersebut akan meninggalkan kaum di wilayah itu dan jadinya alam pun mulai menunjukkan geliatnya.

Akhirnya, setiap diri kita memang seharusnya selalu éling lan waspädä [ingat/sadar/taqwa dan waspada]. Apa maksud dari éling lan waspädä itu, jangan ke mana-mana, tetaplah waspada hahahahahahaha…….

Nanti saya lanjutkan lagi.
Share this article :
Comments
8 Comments

8 komentar:

  1. Top markotop mbah mbagus... Tetep n terus mbah...salam knl.

    ReplyDelete
  2. @ochimhe... he... he... alhamdulillah... ora melu nduwe. Salam kenal juga.

    ReplyDelete
  3. as kum wb. Mt pagi mbah...smg sht wl aft sll.
    Mbah mbagus...tolong sy d ajak khusushiy dong...? Apa bs ya?

    ReplyDelete
  4. @ochimAamiin, matur tengkyu doanya. Bisa. Kontak saya aja.

    ReplyDelete
  5. met sore. Mbah mbagus...
    Kontakx brp no.x mbah...ini no.ku mbah 03133563699

    ReplyDelete
  6. Bacaan yg bermanfaat _salam kenal jg mas bagus

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger