#2 Saya SIAPA ?

Written By BAGUS herwindro on May 24, 2012 | May 24, 2012

Siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya.

Berarti kata kuncinya adalah mengenal diri, yang dalam hubungannya dengan Tuhan berarti mencari tahu siapa saya, darimana berasal dan hendak ke mana nantinya.

Kalau ditanya saya dari mana ? Ya dari kedua orang tua saya, khususnya saya dilahirkan dari ibu saya. Ibu dari mana ? Dari eyang kakung dan eyang putri, khususnya dari eyang putri. Eyang putri dari mana ? Ya dari eyang buyut kakung dan eyang buyut putri, khususnya eyang buyut putri. Dan begitu seterusnya ke atas, yang pada mulanya akan berpangkal pada sosok biologis manusia pertama yang saya tahu dari Kitab Suci yaitu Nabi Adam dan isteri Beliau Hawa.

Bila dilanjutkan lagi ya akan ketemu pada ciptaan pertama sebagai bahan baku alam semesta yang diwujudkan dalam bentuk “cahaya” yaitu Nur Muhammad. Cahaya itu sendiri berasal dari Gusti Allah. Jadi singkatnya saya berasal dari Gusti Allah dan nantinya akan kembali kepada Gusti Allah. Beberapa hal mengenai hal tersebut, kebetulan telah pernah dengan tidak sengaja saya tuliskan pada catatan dengan judul : MemperLAMBAT WAKTU, memperCEPAT menCAHAYA di http://denmasbagus.blogspot.com/2012/04/memperlambat-waktu-mempercepat.html

Nama saya BAGUS. Seandainya saya dilekati sebuah predikat dalam hal sosial kemasyarakatan yaitu sebagai Ketua RT. Apakah predikat Ketua RT itu yang nanti akan kembali kepada Gusti Allah ? Tentunya tidak, berarti tidak juga untuk predikat lain yang melekat pada diri saya. Yang kembali hanya Bagus saja, tetapi Bagus yang mana.

Sebagai sosok biologis secara lengkap, saya dinamai Bagus. Contoh kecil, saat kuku saya mulai memanjang dan saya memotongnya, apakah potongan kuku saya yang jatuh ke bumi itu juga Bagus ? Kalau “iya” berarti nanti juga kembali ke Gusti Allah. Saya kira, potongan kuku saya tersebut bukan yang sejatinya kembali ke Gusti Allah. Berarti saat bagian tubuh biologis saya lepas atau terpisah, maka dia bukan Bagus yang sejati.

Lalu yang mana yang sejati Bagus yang nanti akan pulang kembali kepada Gusti Allah ? Ini perlu ilmu titén untuk menyelaminya. Saat saya mencoba diam sejenak dan mengamati diri saya sendiri, ternyata pikiran saya begitu cepatnya berganti-ganti, perasaan saya penuh gejolak dan yang pasti ada dialog-dialog dari berbagai pihak yang ada dalam diri saya sendiri. Nah tambah mumêt, saya ini siapa sih ? Kok dalam satu diri saja ada banyak pihak yang berdialog, ada yang cuek, ada yang menahan, ada yang mendorong, ada yang mengacau dan banyak lagi.

Setelah menelusuri, dalam diri Bagus, ada ruh-Nya, ada jazad, ada hayat atau energi hidup, ada akal, ada pikiran, ada hati, ada rahsa, ada perasaan, ada hawa’ / nafsu, ada jiwa, ada watak, ada syetan dan ada pula malaikatnya juga, he… he... he… kadang disusupi jin juga. Wallahu ‘alam. Kalau misalnya Panjenengan menemukan hal yang sama, monggo silahkan dirasakan, didefinisikan dan dititéni sendiri masing-masing bagian itu dan bagian mana yang sejatinya adalah diri Panjenengan yang nantinya akan pulang kembali kepada Gusti Allah.

Dengan terus mencari diri sejati, berarti pula terus mencari Tuhan yang sejati, apa sih maunya Tuhan itu menciptakan saya, saya disuruh berbuat apa dan pencarian itu terus menerus tanpa henti, selalu mencoba berdialog dengan Tuhan agar Tuhan tidak sekedar konsep, tidak menjadi sebuah tahayul, melainkan manjing dan manunggal dalam penyaksian diri sejati kita. Dengan mengenal Tuhan, berarti nanti akan dikenalkan juga dengan makhluk ciptaanNya yang lain, dengan hukum-hukumNya, agar tidak melawan arus tatananNYa sehingga diri sejati kita bisa pulang dengan selamat kepadaNya.

Penting memang untuk terus niténi diri sendiri hingga bisa dan selalu menjaga 'jabang bayi' kita sendiri yang dalam bahasa agama disebut dengan fitrah agar terus terhubung dengan Gusti Allah dan tak mudah tersihir rekayasa dunia. Sebab diakui atau pun tidak, dipercaya atau pun tidak, semakin tua usia dunia, semakin menuju pada tingkat kemunduran ruhani, sebab ada disain penguasaan dunia secara global [bukan hanya pada level bangsa-negara]. Secara halus, tersamar dan sistematis manusia dijauhkan dari Tuhan, dicegah dari mengenali dirinya sendiri, dilakukan pendangkalan nilai-nilai kehidupan, dilupakan atas sejarah masa lalunya sendiri, ilmu pengetahuan pun didiktekan hanya dari satu arah, dibombardir dengan kebiasaan melampiaskan bukan menahan atau mengendalikan, seluruh sumber daya hendak dikuasai, dijual untuk kepentingannya sendiri dan seterusnya. Sangat mungkin juga, ajaran agama pun telah direkayasa hingga tak sekalipun menghunjam kalbu, hanya sekedar ritual formal tanpa esensi, hanya menampilkan simbol-simbol belaka tanpa substansi, melulu syariat saja tanpa mau menengok hakikatnya, hingga pemeluknya tak makin halus, melembut dan menebar rahmat namun malah semakin kasar, keras dan menebar laknat. Itulah fitnah Dajjal. Ngeri dan memang sangat mengerikan bila kita mau menelusurinya.

Belum selesai juga.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger