Home » , » Kalah oleh Waktu

Kalah oleh Waktu

Written By BAGUS herwindro on Mar 21, 2012 | March 21, 2012

Pada akhirnya manusia se… apa pun dia, pasti akan kalah oleh waktu. Waktu yang tersedia untuknya, waktu yang teramat singkat, sesingkat tanda “strip” yang tertulis di nisannya. FULAN : [lahir tanggal] [wafat tanggal].

Untuk kesekian kali pula berita tentang batas ajal sampai kepadaku, seorang kerabat, bukan saudara namun kedekatannya melebihi saudara. Seseorang yang begitu besar jasa kebaikannya untukku sekeluarga, spiritnya telah meneguhkan optimisme kami sekeluarga di masa yang lalu.

Datang ke rumahnya kemarin malam, mengikuti proses pemandiannya dan ikut serta mensholatkannya menyisakan secuil rasa hampa di relung dada. Anganku melangit dan egoku rasanya membumi.


Mati itu pasti. Mereka yang telah tiba saatnya pulang kembali, mati, telah menemukan kesejatiannya. Kesejatian tentang mati itu sendiri, kesejatian tentang alam penantian dan kesejatian tentang kebenaran, kesejatian tentang Tuhannya. Sejati sebab mereka kini telah merasakannya sendiri, yang semula masih ghoib, sekarang telah mewujud nyata. Kalau yang masih hidup, kematian masihlah sebatas anggapan atau angan-angan berdasarkan petunjuk kitab suci atau petuah guru ruhani, belum menjadi kenyataan yang terjadi.

Yang hidup masih sangat sering bertengkar, berbaku hantam bahkan berbunuhan satu sama lain karena masing-masing mempertahankan “kebenaran” simbol-simbol mereka, panji-panji mereka, merek dan label mereka. Ditinggikan sendiri dengan merendahkan yang lain, dibenarkan dengan menyalahkan yang lain, dimuliakan dengan menistakan yang lain dan begitu terus. Namun saat MATI, terkuaklah kebenaran sejati. Yang mereka anggap tinggi, benar dan mulia belum tentu begitu kesejatiannya. Pun demikian sebaliknya.

Urip mung mampir ngombe, begitu kata orang Jawa, benar dan sangat benar, mampir itu sebentar dan sangat sebentar, itulah hidup, singkat dan teramat singkat, hanya sebatas tanda “strip” antara lahir dan mati. Hal yang PASTI itulah yang sering terLUPAkan atau bahkan memang diLUPAkan. Saya sendiri masih selalu melupakan hal yang pasti itu. Saya yakin mati itu pasti, tetapi berkebalikan dengan itu saya masih selalu memastikan diri memperturutkan segala keinginan saya, apalagi di jaman yang seperti ini. Atas nama kemakmuran, atas nama kekayaan dan atas nama kebebasan finasial, semua dijual dengan segala cara, sihir iklan ditebar di mana-mana bahkan sampai masuk ke ruang pribadi. Sistem ekonomi terutama, selalu menawarkan metode pemuasan keinginan padahal sejatinya keinginan tak akan pernah puas dan tuntas. Agama yang mendidik metode pengendalian keinginan, sudah banyak yang mengacuhkannya, sebatas tulisan di atas kertas. Ekonomi berkembang pesat, teknologi pun melesat cepat, namun spiritual tak lagi aktual bahkan ikut dijual jadi barang dagangan, jadilah jiwa-jiwa yang gersang yang selalu terobsesi oleh keinginan.

Setahu saya kehidupan itu satu paket, tidak ada pembedaan antara ilmu agama dan yang bukan, antara dunia dan akhirat, atau yang lainnya, tentu saja bila dipahami dari sudut pandang bahwa kita berasal dari Gusti Allah dan nantinya akan kembali kepada Gusti Allah. Jadi semua boleh dilakukan dan dicapai asal dalam melakukan dan mencapai segala sesuatu itu, kita menemukan bahwa ternyata diri kita bersama Gusti Allah di dalamnya dan apa yang kita lakukan dan capai itu kita persembahkan kepada Gusti Allah. Gusti Allah selalu kita posisikan sebagi subyek dalam kehidupan kita. Parameternya adalah dari semua yang dilakukan dan dicapai itu, apakah semakin mendekatkan dan berkekalan kesadaran dengan Gusti Allah atau malah semakin menjauhkan ? Begitu yang disampaikan Guru Mulia. Hal itulah yang sulit bagi saya, di segala aktivitas masih jauh dari menemukan kesdaran tentang diri sendiri bersama Tuhan, masih jauh untuk menemukan Gusti Allah di balik segala sesuatu. Kalau lagi kerja, sebatas hanya mencari materi saja, tanpa kesadaran mempersembahkan kerja terbaik saya kepada Gusti Allah. Kalau sedang berinteraksi sosial, yang dipikiran cuma untung-rugi saja, tanpa kesadaran mengabdi kepada Gusti Allah, melayani sesama dengan kesungguhan hati. Dan begitu pada hal-hal yang lain.

Tego larane ora tego patine kata orang Jawa. Saat datang berita kematian seseorang yang kita kenal cukup dekat, sedikit atau pun banyak ada sesuatu yang berdesir dalam dada. Kita pasti akan teringat segala hal tentang dia yang meninggal berkait dengan interaksi kita dengannya, tentu saja dari sudut pandang kita. Itulah kitab kehidupannya yang yang telah tertulis untuknya mulai lahir sampai wafatnya, tidak bisa lebih dan tak bisa pula kurang. Sesungguhnya setiap manusia hanya sekedar menjalani kitab kehidupannya masing-masing, termasuk kita, hingga tak usahlah terlalu berlebihan saat memuji atau sebaliknya terlalu berlebihan saat mencela. Menerima apa adanya dan sekedarnya saja adalah hal terbaik, agar kita pun diterima apa adanya dan sekedarnya saja.Tak ada yang lebih baik bagi dia yang telah meninggal dunia selain doa kebaikan untuknya, memaafkan dan bersaksi atas kebaikannya semasa hidupnya. Semoga Gusti Allah kelak juga menggerakkan manusia lain untuk memafkan kita, mendoakan kita dan menyaksikan kebaikan kita.


Pagi tadi jam sembilan Beliau dimakamkan dan saya bersaksi untuknya bahwa semasa hidupnya beliau tak pernah berhenti berjuang demi anak-anaknya yang diamanahkan kepadanya dan semasa hidupnya pula Beliau sangat banyak melayani orang lain dengan anugerah yang dititipkan Gusti Allah kepadanya.

Sugeng tindak Tante.

.:: ALLAAHUMMAGHFIR LAHAA WARHAMHAA WA 'AAFIHAA WA'FU 'ANHAA WA AKRIM NUZULAHAA WA WASSF MADKHALAHAA WAGHSILHAABILMAA-I WATS TSALJI WAL BARADI WANAQQIHAA MINAL KHA-THAAYAA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANASI WA ABDILHAA DAARAN KAAIRAN MIN DAARIHAA WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHAA WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHAA WAQIHAA FTTNATAL QABRl WA ADZAABAN NAARI. ::.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger