Home » » Barokah buat TIRAKAT

Barokah buat TIRAKAT

Written By BAGUS herwindro on Sep 4, 2011 | September 04, 2011

Bulan mulia Ramadhan baru saja berlalu dan setiap akan berlalu jengah juga hati ini tiap kali di mana-mana, di televisi, di spanduk jalanan yang selalu ada pesan sponsornya baik produk barang/jasa atau pun politisi partai atau pun di media cetak selalu menghamburkan kata-kata hari kemenangan untuk padanan kata hari raya idul fitri.

Malu rasanya, bahakan terhadapa idul fitri itu sendiri, karena tak sedikitpun saya benar-benar merasakan telah kembali ke fitrah saya, fitrah seorang hambanya Gusti Allah yang tidak ada lain dalam hidupnya kecuali Allah saja.

Begitu juga dengan hari kemenangan, menang terhadap apa atau menang terhadap siapa, serta seberapa jauh kemenangan itu bisa bertahan dalam diri ini ?

Ah…. rasanya masih jauh dari itu semua, umpama dengan puasa saya yang tak kunjung naik kelas hanya di kisaran play group saja, Gusti Allah tak sampai mengacuhkan diriku saja sudah alhamdulillah, puji syukur yang sangat luar biasa. Kalau ridho-Nya sih bagiku ketinggian, malu.

Setiap menjelang puasa, rasanya begitu banyak keinginan muncul untuk benar-benar memanfaatkan untuk ibadah, yang inilah yang itulah, namun kenyataannya itu hanya hasrat nafsuku yang masih mempunyai banyak kepentingan di balik berbagai keinginan itu. Masih sebatas keinginan, belum NIAT. Jadinya ya begitu itu, kadang semangat, kadang nglokro alias malas-malasan.

Sebab itulah bulan Ramadhan kemarin kuawali dengan menyederhanakan keinginan, menata NIAT untuk menjalani ibadah Ramadhan dengan apa adanya sesuai kemampuanku. Itu pun sampai tujuh hari pertama masih merasa tersiksa dengan puasa yang kulakukan, PARAH, setelah menginjak hari kedelapan barulah enjoy.

Puasa merupakan ibadah yang disyariatkan Gusti Allah yang mempunyai porsi riyadhoh atau tirakat paling besar yang merupakan metode dari Gusti Allah untuk membentuk manusia yang taqwa. He… he… he… jangankan itu, jadi manusia taqwa – manusia yang berkeSADARan, lha wong selama puasa untuk mengatasi lemasnya badan, sedikit pusing dan nggliyeng yang bawaannya ingin tidur saja masih susah. Puasa yang diributkan dan dipersiapkan menu buka puasanya sekaligus saurnya [baru berhenti makan setelah kenyang], masih aspek lahirnya, lha batinnya ?

Kira-kira kalau aspek lahirnya bisa teratasi, apakah aspek batin bisa lebih mendapat perhatian ya ? Jadi malu pada para leluhur yang keberadaannya dulu menjadi sebab keberadaanku saat ini, mereka rata-rata ahli tirakat. Belum lagi kalau membaca kisah para sufi agung dalam menjalankan puasanya, sebutir kurma dan seteguk air [realita, bukan dalam arti kiasan] pun telah sangat mencukupi untuk mendukung aspek lahir dalam tirakatnya yang berupa amaliyah puasa. Kok bisa ya ?

TERNYATA, ini kira-kira menurut saya lho, kuncinya ada pada kebarokahannya. Berkah dari makanan dan minuman yang masuk mulut. Bukankah oleh Rasul Agung, Kanjeng Nabi Muhammad kita diajarkan berdoa : “Bismillaahir rahmaanir rahiim. Allaahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaaban naar” [Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka]. Jadi walau pun sedikit tetapi ada kebarokahan dari Gusti Allah, maka insya Allah pasti bisa dirasakan, rasanya mencukupi dan ada manfaatnya. Itu. Jadi kalau kita kuat menjalankan tirakat, insya Allah itulah tanda adanya berkah dari Gusti Allah.

SEMOGA apa pun yang dikaruniakan oleh Gusti Allah kepada kita, senantiasa disertai BERKAH-NYA.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger