Home » » Penyesalan....

Penyesalan....

Written By BAGUS herwindro on Dec 22, 2009 | December 22, 2009

Mungkin karena kemarin ikut menghadiri haul di Peta, salah satu jamaah ada yang membaca salah satu kalimat yang terpampang di dinding PETA. Timbullah suatu pertanyaan dalam benaknya dan dicobanya untuk mengkomunikasikan hal itu dengan Cak ZhudhrunH.

"DI SINI TIDAK ADA PENYESALAN, YANG ADA CINTA KEPADA ALLAH & RASULNYA, DISAMPING MENGERTI HAKNYA SEBAGAI HAMBA & HAKNYA TERHADAP SESAMA"

Assalamu'alaikum Cak....
Wa'alaikum salam....

Begini lho Cak, makna dari "penyesalan" pada ungkapan "disni tidak ada penyesalan, yang ada hanya cinta Alloh.. dst" di pondok PETA ? Itu artinya penyesalan terhadap dosa ya ? Tapi kalo di Hikam koq ada keterangan kalo ada orang berbuat dosa, tapi tidak ada rasa penyesalan termasuk hatinya mati/sakit. Bahkan termasuk istidraj ! Kalo ditarik kesimpulan kayaknya kok bertentangan ya Cak ? Gimana itu Cak ?



Eehm... begini lho... tapi ini kira-kira lho ya.... sesuai pemahamanku. Kita mulai saja dari kata dasarnya yaitu sesal.
Sesal adalah suatu rasa yang timbul sebagai akibat kita memunculkan baik sengaja atau pun tidak terhadap suatu ingatan akan kejadian/peristiwa/situasi/ucapan/tindakan yang pernah kita alami di masa yang telah terlampaui.

Sesal itu bisa muncul karena kita memiliki referensi yang sudah terinstal dalam kesadaran kita berupa sistem nilai yang kita yakini, bisa juga sesal itu muncul sebagai pertimbangan logika untung-rugi dimana menurut logika, kita berada pada posisi yang rugi.

Kita bisa mempersepsikan tentang dosa, salah satunya karena ada sistem nilai yang telah terpatri dalam kesadaran kita dan memang biasanya secara normal dosa mengakibatkan tidak adanya ketenangan dalam diri kita yang akan berbuah penyesalan. Dan bagi siapa saja yang telah berbuat dosa tetapi tidak ada penyesalan dalam dirinya dalam hatinya berarti hatinya memang sakit/mati sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al hikam. Yang lebih parah lagi tergambar dalam Q.S. Al Baqoroh ayat 7: "khatamallaahu 'alaa quluubihim wa'alaa sam'ihim wa'alaa abshaarihim ghisyaawatun walahum 'adzaabun 'azhiim" [Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka20, dan penglihatan mereka ditutup21. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.]

Secara syariat bila seseorang berbuat dosa kemudian dia bertaubat, maka Allah akan mengampuninya. Tetapi hakikatnya tidaklah demikian, karena jika ampunan Allah turun karena taubatnya seseorang berarti Allah tergantung pada seseorang itu. Secara hakikat, jika ampunan Allah turun maka seorang hamba pasti akan bertaubat. Nah rasa menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan adalah awal dari taubat. Jadi, kalau seseorang merasa menyesal ketika berbuat dosa itulah tanda-tanda kalau Allah mengampuni dirinya.

Manakala rasa sesal itu diselimuti hawa nafsu, itulah yang terlarang dan harus dieliminasi. Bagaimana rasa sesal itu bisa diselimuti hawa nafsu ? Yaitu manakala rasa sesal itu terlalu berlebihan sehingga dosa yang kita lakukan membuat kita merasa tidak pantas lagi menghadap Allah, membuat kita merasa terputus dari rahmat Allah. Itulah ocehan hawa nafsu yang malah akanmembuat kita semakin jauh dari Allah.

Bukankah yang sudah berlalu termasuk bagian dari takdir Allah juga. Sehingga dosa yang telah terjadi di masa lalu hakikatnya bagian dari takdirnya Allah juga dan dalam bahasa kesadaran kita harus kita katakan bahwa boleh jadi Allah mentakdirkan kita berbuat dosa dalam rangka lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. Kenapa begitu ? Karena di balik dosa ada penyesalan, ada taubat, ada kesadaran untuk kembali kepada Allah dan lebih dekat kepada Allah.

Penyesalan yang berselimut hawa nafsu itulah yang dilarang dan itulah yang tersirat dalam sebuah kalimat di PETA Tulungagung : "DI SINI TIDAK ADA PENYESALAN, YANG ADA CINTA KEPADA ALLAH & RASULNYA, DISAMPING MENGERTI HAKNYA SEBAGAI HAMBA & HAKNYA TERHADAP SESAMA"

Lebih luas lagi, penyesalan yang dimaksud bukan hanya terhadap dosa tetapi terhadap semua hal yang telah terjadi di masa lalu, karena hakikinya semua apa pun itu yang telah terlampaui adalah bagian dari takdir-Nya, yang mau atau pun tidak, rela atau pun tidak, hal itu tidak bisa dirubah. Sehingga kalau selalu kita sesali berarti kita protes kepada gusti Allah. Lha gusti Allah kok diprotes ?

Yang sudah ya biarlah sudah, yang penting adalah masa depan. Dan masa depan sejati kita adalah Allah, karena pada akhirnya, akan menuju ke mana diri kita kalau tidak menuju kepada Allah ? Allah-lah masa depan kita, Allah-lah tujuan kita, Allah-lah cita-cita kita dan itu bisa kita gapai hanya dengan cinta. Cinta kepada Allah dan tentu saja saja cinta kepada Rasulullah yang mengenalkan kita kepada Allah. Rasulullah jalan dan penunjuk jalan kita untuk samapai kepada Allah. DI SINI TIDAK ADA PENYESALAN, YANG ADA CINTA KEPADA ALLAH & RASULNYA.

DISAMPING MENGERTI HAKNYA SEBAGAI HAMBA : singkat saja, sebagaimana kisah Syaikh Athaillah yang mengadukan permasalahan yang mengganjal hati Beliau kepada guru mursyidnya, Syaikh Abdul Abbas Al Mursy, yang kemudian menasihatkan bahwa hak hamba kepada Allah itu ada empat, yaitu : jika kita bisa berlaku taat maka hak kita adalah meyakini bahwa taat itu adalah merupakan anugerah Allah semata dan bukan karena usaha kita sendiri, jika kita berbuat dosa atau maksiat maka hak kita adalah segera bertobat, jika kita mendapat nikmat maka hak kita adalah bersyukur dan jika kita mendapat cobaan hak kita adalah bersabar.

HAKNYA TERHADAP SESAMA : singkat saja, hak kita terhadap sesama adalah saling mengenalkan Allah, saling mengenalkan ma'rifatullah. “Jangan berkawan dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu dan pembicaraannya tidak membimbingmu ke jalan Allah. Boleh jadi engkau berbuat buruk tetapi tampak olehmu sebagai kebaikan, lantaran engkau berkawan dengan orang yang tingkah lakunya lebih buruk darimu”. (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî).

Bukankah tidak bertentangan ?
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger