Home » » Akar Gerakan Islam Radikal

Akar Gerakan Islam Radikal

Written By BAGUS herwindro on Jul 28, 2009 | July 28, 2009

Dikutip dari : http://www.jawapos.com/

[ Selasa, 28 Juli 2009 ]
Oleh : Said Aqil Siradj

RADIKALISME telah menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Insiden bom di JW Marriott dan Riz-Carlton 17 Juli lalu membuktikan masih bercokolnya radikalisme atas nama agama.

Islam radikal, tampaknya, terus mencoba melawan. Perlawanan itu muncul dalam bentuk melawan kembali kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau identitas yang menjadi taruhan hidup. Mereka berjuang untuk menegakkan cita-cita yang mencakup persoalan hidup secara umum, seperti keluarga atau institusi sosial lain. Mereka berjuang dengan kerangka nilai atau identitas tertentu yang diambil dari warisan masa lalu maupun konstruksi baru. Dan, berjuang melawan musuh-musuh tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial keagamaan yang dipandang menyimpang. Mereka yakin bahwa perjuangan mereka diridai Tuhan.

Pengaruh keagamaan dan politik dari Timur Tengah ke Indonesia bisa menjadi pemicu. Sejak Islam masuk ke Nusantara, hubungan masyarakat Indonesia dengan Timur Tengah sangat kental. Transmisi itu dimungkinkan karena posisi Timur Tengah sebagai sentrum yang selalu menjadi rujukan umat Islam, baik untuk berhaji, ziarah, maupun belajar. Dari aktivitas tersebut, lalu muncul berbagai bentuk jaringan, baik jaringan keulamaan, jaringan gerakan dakwah, maupun jaringan gerakan politik.

Kini, gerakan radikal Islam telah terfragmentasi dalam beragam organisasi. Namun, ada sejumlah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai kelompok Islam radikal. Yaitu, pemahaman yang sangat literal terhadap ajaran Islam, keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan berbagai krisis di negeri ini, perjuangan yang tak kenal lelah menegakkan syariat Islam, resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman dan keyakinan, serta penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan terhadap segala sesuatu yang berbau Barat.

Duka Sejarah

Jauh sebelum opini dunia tentang "terorisme Islam" muncul ke permukaan, kita pernah mendengar sebutan "fundamentalisme Islam". Dalam bahasa Arab, "fundamentalisme" atau al-ushuliyyah berarti "mendasar atau disiplin dalam menjalankan kewajiban agama".

"Muslim fundamental" adalah seorang muslim yang sangat disiplin dalam menjalankan ajaran Islam, seperti salat lima waktu secara berjamaah atau menghindari sesuatu yang tidak jelas kehalalannya. Dalam konteks itu, umat Islam diserukan untuk melaksanakan ajaran agamanya secara fundamental.

"Radikalisme" dalam bahasa Arab disebut syiddah al-tanatu. Artinya keras, eksklusif, berpikiran sempit, rigid, serta memonopoli kebenaran. Muslim radikal adalah orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif dalam memandang agama-agama lainnya. Kelompok Islam radikal muncul sejak terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, menyusul kemudian Ali bin Abi Thalib yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Saat itu, Islam radikal diwakili oleh kelompok Khawarij.

Sementara itu, Islam yang harmonis dapat dibuktikan dari peristiwa Fath Makkah (pembebasan Kota Makkah) oleh umat Islam yang dipimpin langsung Nabi Muhammad. Kota Makkah dibebaskan setelah puluhan tahun dijadikan markas kegiatan orang-orang musyrik. Saat umat Islam mengalami suasana euforia atas keberhasilannya menguasai kota tersebut, ada sekelompok kecil sahabat Nabi yang berpawai dalam kota dengan meneriakkan slogan "al-yaum yaumul malhamah" (hari ini adalah hari pertumpahan darah).

Slogan itu dimaksudkan sebagai upaya balas dendam mereka atas kekejaman orang-orang musyrik Makkah kepada umat Islam selama puluhan tahun. Gejala tidak sehat tersebut dengan cepat diantisipasi oleh Nabi Muhammad dengan melarang beredarnya slogan itu dan menggantinya dengan slogan yang lebih ramah dan penuh kasih: al-yaum yaumul marhamah (hari ini adalah hari penuh belas kasih). Akhirnya, peristiwa pembebasan Kota Makkah dapat terwujud tanpa insiden berdarah.

Gejala kemunculan radikalisme Islam sesungguhnya ditengarai ada sejak Nabi Muhammad masih hidup. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dikisahkan, ketika di daerah Ja'ranah Nabi Muhammad membagikan fai' atau harta rampasan perang dari wilayah Thaif dan Hunain, tiba-tiba seorang sahabat yang bernama Dzul-Khuwaishirah dari Bani Tamim melayangkan protes kepada beliau. "Bersikap adillah, wahai Muhammad!" Nabi Muhammad pun dengan tegas menjawab, "Celaka kamu! Tidak ada orang yang lebih adil dari aku. Karena apa yang kami lakukan berdasar petunjuk Allah!"

Setelah Dzul-Khuwaishirah pergi, Nabi Muhammad bersabda, "Suatu saat akan muncul sekelompok kecil dari umatku yang membaca Alquran, namun tidak mendapatkan substansinya. Mereka itu sejelek-jeleknya makhluk di dunia ini".

Hadis sahih di atas kemudian terbukti setelah Nabi Muhammad wafat. Pada 35 H, Khalifah Usman bin Affan terbunuh secara mengenaskan oleh sekelompok umat Islam yang ekstrem. Peristiwa itu kemudian terulang pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib yang juga terbunuh oleh kalangan ekstrem dari umat Islam. Komunitas ekstrem tersebut sungguh pun pada mulanya bernuansa politik, tetapi perkembangan selanjutnya dirajut dalam sebuah ideologi yang dikenal dengan faham Khawarij.

Hal yang menarik, saat Khalifah Ali bin Abi Thalib masih hidup, kelompok ekstrem Khawarij itu memvonis kafir Khalifah Ali bin Abi Thalib atas dasar kesalahan beliau yang membenarkan arbitrase atau tahkim dengan Mu'awiyah. Soalnya, bagi Khawarij, yang berlaku adalah doktrin laa hukma illa Allah bahwa arbitrase itu hanya milik Allah. Khalifah Ali bin Abi Thalib pun menangkis diplomasi mereka dengan kata-kata singkat, "Untaian kata yang benar, namun tendensius dan mengarah pada yang batil".

Gelombang umat Islam radikal yang berkembang saat ini sebenarnya terpengaruh oleh pola-pola Khawarij pada masa periode awal sejarah umat Islam. Sikap mereka yang ingin menempuh jalur apa saja, menyalahkan siapa saja yang tak sama pemahamannya, merupakan refleksi dari pemahaman mereka yang "sathiyyah" (dangkal) dan belum tuntas terhadap ajaran Islam. (*)

*) Said Aqil Siradj, ketua PB NU
Share this article :
Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. assalamualaikum akhir-akhir ini kok secara tidak sengaja saya sering bersentuhan dengan radikalisme fundamentalisme dan sebagainya. di kelas pas kuliah di buku bacaan sampai pas lihat bloknya den bagus

    ReplyDelete
  2. asswrwb insya allah saged barokah....kulo tenggo khabar ...

    ReplyDelete

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger