Home » » Perjalanan ... (1)

Perjalanan ... (1)

Written By BAGUS herwindro on Jul 30, 2007 | July 30, 2007

Alhamdulillah, diri ini telah diberikan secercah cahaya hidayah-Nya, sehingga diberi kemudahan jalan untuk lebih mengenal-Nya, setelah melalui proses pencarian yang tidak sebentar, akhirnya biji iman itu tertanam dalam qolbu melalui baiat thoreqoh Syadziliyah oleh guru mursyid tercinta Syaikh Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqim tanggal 24 April 2005 di Pondok Pesulukan Thoriqot Agung (PETA) Tulungagung, Jawa Timur.

He... he... he... inilah sekilas kisahku :

Ing salah sawijining dino begitu kata orang jawa, terlahirlah jabang bayi merah ke dunia ini pada hari Rabu Legi sekitar jam 10 pagi di Surabaya yang bertepatan dengan tanggal 6 Juni 1973.

Terlahir dari keluarga yang biasa-biasa aja, juga dalam hal beragama, dulu termasuk keluarga yang hanya secara formalitas saja memeluk Islam (alhamdulillah saat ini sudah tidak seperti itu), lingkungan sekitar juga seperti itu. Jadi lingkunganku di waktu kecil adalah lingkungan Islam abangan.

Pelajaran agama pertama kali kuperoleh di bangku SD. Alhamdulillah dari pelajaran agama di sekolah itulah muncul semangat beragama dalam diriku, sehingga sejak usia SD aku terbilang paling rajin beribadah di lingkungan keluargaku, minimal shalat. Aku juga paling rajin shalat berjamaah di Masjid Nabaus Salam, Taman Putroagung Surabaya, atau di langgar kecil di pojokan Jl. Rangkah Gang V. Dari kegemaranku membaca, lambat laun pemahamanku tentang Islam semakin bertambah walau pun hanya ala kadarnya. Saat itu yang kurasakan adalah bahwa aku paling tidak suka kalau Islam disalahpahami, dipojokkan oleh orang yang sama sekali tidak menjalankan Islam minimal shalat, pasti aku ajak debat dengan referensi pemahamanku yang mungkin masih minim sekali.

Yang jelas saat itu aku tidak terlalu memikirkan surga dan neraka, yang penting bagiku ada perintah - aku jalankan titik.

Saat itu di rumah berlangganan 5 buah koran, salah satunya adalah mingguan Buana Minggu dari Yogyakarta yang terbit tiap hari Jumat. Salah satu materi di Buana Minggu tersebut adalah mengenai dunia metafisika yang menarik perhatianku. Aku jadi tahu kalau dalam diri kita ini ada sesuatu yang bisa dieksplorasi sehingga menimbulkan kekuatan metafisik.

Jadinya, saat SD itu aku pernah bercita-cita menjadi seorang paranormal. Bayanganku waktu itu kalo jadi paranormal kan bisa nolong orang, pasti senang kalo berhasil nolong orang. (Engga tahunya aku malah jadi abnormal, :P )

SMP, secara spiritual kulalui dengan biasa-biasa saja. Begitu juga ketika SMA, juga biasa-biasa saja. Ketika SMA itu aku mulai mengenal aliran-aliran dalam Islam, karena ada juga teman-teman yang kontroversi dengan Islam garis kerasnya. Tetapi bagiku itu adalah hal yang aneh, betapa sempitnya Islam yang diperagakan oleh sebagian teman, di mana letak rahmatan lil 'alaminnya kalo yang benar hanya yang sepaham. Bukankah kebenaran yang mutlaq hanya Allah yang menentukan ?

Yang jelas mulai kurun SD - SMA, kepekaanku terasah, banyak cobaan dalam hidupku yang membentuk diriku jauh lebih matang dari usiaku, tetapi alhamdulillah semua itu berujung pada satu kesimpulan : ternyata semua ada yang mengatur, terbukti dari betapa indahnya hari-hari yang telah kulewati dengan mengerti dan merasakan hikmah di balik segala yang telah kualami walaupun kesadaran itu baru terbit setelah sekian lama berlalu. Tapi seperti kata pepatah : Lebih baik terlambat daripada telat .... :D

Selepas SMA, referensi pengetahuanku bertambah banyak lagi, baik dari bacaan, media maupun dari perkenalan dengan berbagai orang. Aku mulai mengenal buku-buku Prof Aboe Bakar Atje tentang syariat, hakekat dan makrifat. Berbagai buku aku baca, Kahlil Gibran, sajak-sajak "Celurit Emas" D. Zawawi Imron juga sedikit buku filsafat. Aku enjoy sekali melahap tulisan-tulisan Cak Nun, yang dari beliaulah aku belajar mencari dan memahami sesuatu yang sejati di balik yang tertangkap oleh panca indera. Wawasan hakikatnya sungguh memikat, beliau salah satu guru spiritualku, inspirator hidupku walu pun tidak pernah mengenal secara langsung. Kalau ada acara Cak Nun, aku pasti berusaha menemuinya walupun hanya sebatas mencium tangannya. Dari tangannya terasa hawa sejuk mengalir dalam diriku dan dari adu pandang tatapan mata kami, aku merasa bahwa beliau juga merasa telah mengenal aku sejak lama. Cukuplah itu bagiku. Kujaga silaturahmiku dengan beliau lewat doa.

Dari situlah timbul kesadaran untuk mencari sesuatu yang lebih dari sekedar ritual agama biasa, ritual agama yang kering dari rasa ketuhanan, ritual agama yang hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Dari situ timbul pemahaman bahwa Dinul Islam sebenarnya terdiri dari tiga fondamen yaitu Islam, Iman dan Ihsan.

Kapan aku akan belajar semua itu, sedang usia tidak pernah berkurang. Hanya satu kata, aku harus potong kompas, belajar dari intinya, yaitu AL IHSAN. Aku harus berthoriqot, aku harus bermursyid, aku harus ketemu tuhan. Tapi darimana memulainya, bagaimana caranya, masin NOL besar. Jadilah aku seorang petualang spiritual.

50 x 2 = CEPEK DEH ...... ntar disambung lagi :P
Share this article :
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. lebih baik terlambat dari pada TELAT???
    lha apa beda nya...?

    ReplyDelete
  2. semoga perjalanan anda sampai ketujuan :D

    ReplyDelete

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger